Banyak yang berpikiran jika sudah memiliki skrip/naskah untuk video, mengapa storyboard masih diperlukan? Jawabannya singkat kok yaitu video adalah media visual.
Cukup penting lho bagi para pemegang jabatan untuk bisa melihat representasi gambaran dari naskah yang ada sebelum dianimasikan, karena setiap orang memiliki interpretasi yang berbeda-beda. Sebagai contohnya, kamu menuliskan di naskah jika ada seorang penari wanita yang berambut coklat. Tanpa adanya storyboard, setiap orang yang ada di tim akan memiliki interpretasi yang berbeda untuk karakter yang tadi. Apa saja perbedaan yang akan muncul, ini contohnya :
Apakah dia pendek atau tinggi?
Rambutnya apakah pendek? Berantakan,kah?
Apakah dia tampak menarik saat menari?
Bagaimana visualisasi di sekitar dia saat menari?
Daftar pertanyaannya pun tidak akan selesai. Storyboard akan membantumu dalam menata semua pikiran dan ide yang muncul dari klien, sehingga kamu bisa menata video lebih efektif. Tanpa storyboard, kamu bisa kehilangan waktu dan uang untuk melakukan animasi ulang atau mengambil video lagi.
Jika sebelum proses animasi ada anggota yang tidak cocok, dan membutuhkan perubahan maka dengan storyboard ini akan memudahkan mereka, dibagian mana akan diubah. Storyboard adalah kesempatan emas kita untuk menggambarkan ide yang ada sebelum menjadi sebuah video.
Nahh, sekarang pertimbangkan juga ada berapa banyak tipe video dengan tipe storyboard yang berbeda-beda, dan juga ada berbagai cara untuk membuat storyboard. Untuk memudahkan dalam membuat storyboard, di bawah ini ada tahapan saat membuat storyboard. Check it out.
Jika kamu belum membagi naskahmu menjadi beberapa scene, maka mulailah. Di tahapan ini, sangat penting untuk merencanakan berapa banyak panel dan bagaimana urutannya dalam storyboard, sehingga tidak ada kebingungan dalam timeline videomu.
Style visual mungkin tidak terlalu penting saat di naskah, namun ini akan akan dibutuhkan saat kamu membuat storyboard. Yuk kembali ke contoh tentang cewek berambut coklat yang menari tadi, dengan gambaran visual, maka bisa ditentukan apa baju yang dia pakai dan penggambaran di sekitar dia waktu menari.
Setelah mengurutkan menjadi beberapa bagian dan menentukan style gambarmu, maka mulailah untuk membuat daftar gambar apa saja yang akan ada di dalam videomu. Meskipun terlihat tidak penting, namun tahapan ini bisa memastikan hal apa saja yang ada di dalam naskah tidak terlewatkan. Lewat tahapan ini kamu juga bisa menambahkan detil lebih dari naskah yang sudah kamu miliki.
Pilih tipe storyboard yang paling cocok dengan video yang sedang kamu kerjakan. Jika kamu mengerjakan video live action maka ada baiknya storyboard dibuat di kertas saja. Sedangkan kamu mengerjakan video animasi ada baiknya kamu membuat storyboard secara digital.
Saat kamu sudah menyelesaikan bagian visual/gambar dari storyboard, maka waktunya memasukkan deskripsi dari naskah sesuai dengan bagiannya masing-masing. Ini bisa berupa voice over, dialog pada karakter ataupun deskripsi singkat tentang apa yang terjadi dalam adegan tersebut.
Babak akhir dari sebuah storyboard adalah review dengan tim. Karena setelah proses storyboard adalah proses produksi yang kecil kemungkinan untuk dilakukan perubahan besar maka saran atau masukan sangat diperlukan. Jika semuanya sudah setuju dengan hasil storyboard tersebut maka kamu bisa mulai merekam / membuat video animasinya.
BACA JUGA:
Tips Memilih Jasa Pembuatan Video Marketing