Video Vertikal sedang naik daun dan brand juga harus menyadari hal ini.
Coba bayangkan kamu sedang dalam acara seperti melihat konser atau festival, dan kamu ingin mengabadikan momen tersebut agar bisa kamu lihat sewaktu-waktu. Nah, otomatis kamu mengeluarkan smartphone lalu merekam acara tersebut. Betul?
Nah, sekarang coba lihat bagaimana cara kamu memegang smartphone tersebut saat merekam?
Jika seperti orang kebanyakan maka kamu akan memegang smartphone tersebut dalam posisi vertikal, dengan mode portrait. Yang artinya, kamu juga ikut serta dalam perubahan media di generasi ini, yaitu mengubah dari video horizontal ke video vertikal. Ada suatu waktu bahwa vertikal video sering diejek karena terlihat seperti amatiran, kontennya tidak bagus, dan pesannya tidak ada.
Dalam sejarahnya, video dari dahulu berbentuk horizontal atau landscape, coba cek layar televisi, bioskop, layar komputer juga begitu. Ini semua mulai berganti saat ada smartphone dimana memungkin pemakai smartphone bisa merekam dalam mode portrait. Semakin hari penggunaan vertikal video ini semakin meningkat dan brands tidak bisa menyepelekan hal ini.
Dalam artikel ini, akan dibahas 5 alasan mengapa kamu BUTUH untuk mulai menggunakan vertikal video di media sosial secepatnya daripada nanti-nanti.
Untuk pengguna smartphone, vertikal video adalah raja. Ada sebuah studio yang menyatakan bahwa sebanyak 94% pengguna memegang smartphonenya secara vertikal, baik untuk bertransaksi bank, mengirim pesan, mencari berita, bahkan saat melihat video sekalipun. Sebuah interview dengan Digiday, CEO Daily Mail North America CEO Jon Steinberg mengatakan bahwa hal yang konyol bahwa harus memutar smartphone untuk melihat sebuah video secara utuh di layar. “Jika sebuah vertikal video dan cukup menarik, kamu juga melihat video tersebut, maka semuanya berjalan baik-baik saja.”
Salah satu hal yang menarik adalah tentang seberapa cepat tren ini berkembang. Sebelum ‘Sindrom Vertikal Video’ mencapai puncak popularitas, yang melihat video di smartphone hanya sekitar 14% dari keseluruhan video yang dilihat. Di awal tahun 2018, jumlahnya meningkat secara drastis hingga 58% dimana ini angka yang naik secara cepat dan dramatis.
Vertikal video saat ini sudah diterima dan digunakan di banyak channel, semakin kesini video horizontal tampak aneh dan sumbang. Semuanya tampak berbeda saat ini. Snapchat merupakan pionir iklan video vertikal, namun Facebook dan Twitter tidak mau ketinggalan, mereka memunculkan iklan vertikal di September 2016 dan Maret 2017. Lebih lanjut, YouTube juga meluncurkan video player dinamik di aplikasi mobile, bisa langsung menyesuaikan dengan konten di iOS (Desember 2017) dan Android (Maret 2018).
Vertikal juga merupakan inti dari Instagram yang baru, IGTV juga memungkinkan konten video hingga 60 menit dan bentuknya vertikal. Sebagai tambahan, Kepala Bisnis Instagram Jim Squires menyatakan secara tegas tentang kehidupan di dunia vertikal, ini merupakan bukti bahwa ini masa depan Instagram dan semua media sosial.
Tren baru seperti video interaktif dan video 360 derajat adalah contoh dari perkembangan yang ada dan banyak brand yang mencobanya. Contoh brand yang sudah menggunakan adalah John Lewis dan Tipp Ex. Iyaa, ini merupakan hal menarik, namun jika brand tidak mencoba menggunakan ya semua ini akan terlihat biasa saja. Jika tidak dicoba maka tidak diketahui hasilnya. Oleh sebab itu banyak brand besar yang mencoba video vertikal. Beberapa contoh brand yang menggunakan video vertikal adalah Adidas, film Mad Max Fury Road dimana mereka ingin agar penonton smartphone bisa tau, dan Mercedez Benz juga menggunakan iklan video vertikal.
Namun perlu diingat, perusahaan yang di atas tadi merupakan perusahaan besar. Mereka sudah menghabiskan budget yang cukup banyak di sisi marketing dan mereka memiliki industri yang sangat profesional. Dan saat mereka berinvestasi, mereka tau bahwa mereka tau melakukan hal yang benar. Dengan melihat ini, maka brand yang lebih kecil juga akan mengikuti hal ini. Yang jelas ini juga akan meningkatkan penggunaan vertikal video.
Di Facebook, pada awal iklan video vertikal mereka menemukan bahwa user engagement meningkat terlebih tentang hubungannya dengan video dilihat menggunakan suara. Peneliti dari Wibbitz menyampaikan bahwa vertikal video menarik empat kali lebih banyak engagement daripada video square di Facebook dan 2,5 lebih banyak di Twitter.
Juga ada bukti bahwa konsumen memberikan banyak respon positif untuk video vertikal. Menurut Facebook Business, sebanyak 65% konsumen menyatakan bahwa brand yang mengiklankan video vertikal lebih inovatif dan 79% dari pengguna video yang baru lebih menyukai format vertikal dan lebih engaging. Konsensus disini bukan hanya bentuk vertikal yang bagus untuk videomu, namun ini bisa menjadikan brand kamu menjadi lebih inovatif dalam teknis marketing.
Sekarang merupakan hal yang sangat wajar jika mencari info lewat media sosial menggunakan Smartphone. ComScore pada tahun 2016 menghitung bahwa 80% dari pengguna perangkat device menggunakan waktu mereka untuk media sosial. Melihat ini berarti penggunaan vertikal video di media sosial juga terus meningkat.
Yang perlu kamu perhatikan adalah tentang User Experience (UX) saat membagikan konten yang kamu miliki. Sebagai contohnya saat kamu melihat info di linimasa Facebook, lalu kamu menemukan sebuah video yang menarik. Nah, saat kamu memutar tombol ‘play’ maka ada dua (2) kemungkinan yang muncul yaitu kamu melihat ukuran video yang mengecil atau kamu harus memutar smartphone agar bisa tampil penuh di layar. Ini terlihat sebagai yang kecil dan remeh namun saat kamu berhubungan dengan UC maka ini akan berpengaruh dan jangan sampai membuat kesalahan. Karena akan mempengaruhi engagement video dari penonton.
Mudahnya, kamu harus berpikir sebelumnya bagaimana cara kamu menyebarkan video di media sosial. Ini adalah saatnya bercermin atas apa yang biasa kamu lakukan untuk videomu dan mulai memikirkan tentang cara orang browsing secara vertikal.
Sumber: https://www.wyzowl.com/vertical-video/